Story Branding – AppleT
![]() |
| Tim Cook - CEO Apple |
CarpeDiem - Tidak ada yang lebih baik
untuk membuat story selain
belajar dari penulis buku fiksi maupun film Hollywood. Karya mereka telah
mencetak rekor penjualan terbanyak di dunia. Story yang mereka ciptakan sangat dicintai,
bahkan para tokohnya menjadi pujaan orang. Siapa yang tidak kenal Harry Potter
ataupun Spiderman? Saya akan menjelaskan bahwa ada lima unsur utama dalam
pembuatan great story yang
mereka gunakan. Merek Apple akan dipakai sebagai referensi karena sudah
terbukti sebagai merek paling top.
Unsur pertama adalah
“The Problem”. Suatu story akan
dimulai dengan sebuah situasi tertentu. Di dalam situasi itu terdapat beberapa
persoalan besar. Steve Jobs melihat suatu problem besar. Komputer pada masa
awal terlihat begitu membosankan dengan bentuknya yang kaku dan warna abu-abu
yang membosankan. Dia juga memikirkan bagaimana cara menempatkan 5.000 lagu
dalam satu perangkat kecil. Problem lainnya adalah bagaimana mengintegrasikan
telepon mobile, iPod, dan
sambungan internet yang cepat. Apple juga memikirkan bagaimana komputer bisa
dibawa ke mana-mana dalam bentuk tablet. Inilah berbagai problem besar yang
dikisahkan Apple.
Kedua adalah “The Challenge”. Tahap kedua setelah suatu problem
terdeteksi adalah bagaimana problem itu bisa diatasi dengan solusi yang genius.
Inilah tantangan yang perlu didefinisikan dalam pembuatan story yang
baik. Apple berlaku sangat keras terhadap dirinya sendiri untuk mencari solusi.
Mereka menantang semua eksekutif dan pemasoknya untuk membuat komputer yang
cantik, bentuk yang ramping, tekstur yang lembut dengan warna yang indah. Apple
juga menantang insinyur mereka untuk tidak menggunakan tombol “on-off” di iPod.
Steve Jobs bahkan menghendaki bagaimana mengontrol customer experience secara
langsung tanpa lewat jaringan pengecer. Inilah beberapa tantangan besar yang
hendak ditaklukkan Apple.
Ketiga yaitu “The Fight”. Inilah bagian paling menarik dalam
pembuatan story. Di sini
terdapat elemen “drama” dimana mereka harus jatuh-bangun berjuang melawan semua
hambatan. Steve Jobs sebagai pendiri Apple sempat diberhentikan dari Apple oleh
pemegang saham mayoritas. Akhirnya pada tahun 1996, Steve diminta kembali untuk
memimpin Apple setelah produk-produknya mengalami penurunan dan krisis
identitas. iPhone sendiri sebagai produk pionir juga pernah menderita gangguan
karena antena penerima sinyal percakapan mengalami blank spot. Para
pemegang saham juga harus memutuskan apakah Apple hendak mengalahkan kompetitor
dan mendapatkan profit sebesar-besarnya ataukah seperti yang Steve kehendaki,
yaitu membuat produk yang hebat.
Keempat adalah “The Resolution”. Tahap berikutnya adalah menentukan
resolusi akhir, yaitu bagaimana mereka memenangkan peperangan setelah mengalami
pertempuran di berbagai medan dengan hasil kalah-menang. Perjuangan Apple
membuahkan hasil besar. Mereka adalah pionir untuk produk seperti Macintosh,
iPod, iTunes, iPhone, iPad, iCloud, iMac, dan Apple Store. Inilah resolusi yang
ditawarkan Apple buat masyarakat dunia. Kita bahkan tidak mengenal
produk-produk itu sebelumnya, sampai kita melihatnya dan membutuhkannya. Inilah
resolusi kreatif dari Apple.
Kelima yaitu “The Prize”. Tahap akhir dari sebuah story adalah
memetik buah perjuangan. Setiap perjuangan yang berat dan gigih akan membuahkan
hasil yang sepadan. Tahun 2012 Apple menduduki peringkat ke-1 dalam “brand value” dengan
nilai tertinggi. Apple Store mencetak hasil penjualan terbesar per meter
persegi dibandingkan outlet
retail lainnya. Para penggemar Apple di Jepang rela antre dua
hari untuk mendapatkan iPhone terbaru. Ironisnya, seorang remaja di Tiongkok
dikabarkan menjual ginjalnya hanya untuk iPhone dan iPad. Sekarang, setelah
Steve Jobs tiada, Tim Cook melanjutkan Apple Story dan berkreasi dengan produk
kreatifnya seperti iWatch.
5
Unsur Story Branding
1.
The Problem
2.
The Challenge
3.
The Fight
4.
The Resolution
5.
The Prize
Itulah kelima
unsur penting yang harus ada dalam pembuatan sebuah great story branding.
Tiap topik terintegrasi dalam sebuah story yang
menyentuh, menginspirasi, empati, menggairahkan, dan dicintai. Nancy Duarte, penulis
buku The Story Factor,
memberi nasihat bahwa story itu
hendaknya dibuat simple.
Ketahuilah siapa audience Anda, make it real,
hindari chicken little,
jangan lupakan pain
and suffering, akhirnya practice, practice, and practice!

Komentar
Posting Komentar